ao

alkitab hari ini

Minggu, 06 Maret 2011

mujizat persahabatan

di ambil dari renungan tentang persahabatan dalam YESUS

Sebagai murid Sekolah Minggu saya terkagum-kagum mendengar cerita tentang
orang lumpuh yang diturunkan dari atap untuk disembuhkan oleh Tuhan Yesus.
Bukan!!
Yang saya kagumi bukanlah bagaimana ia disembuhkan, melainkan bagaimana ia
dibawa ke tempat itu. Ia digotong oleh empat orang kawannya. Pasti berat
menggotongnya. Rumahnya mungkin jauh dari tempat itu. Lalu ternyata tempat
itu sudah dipenuhi banyak orang sehingga tidak ada lagi jalan masuk.
Untunglah keempat kawannya mempunyai akal. Mereka menggotong dia naik ke atap.
Kemudian mereka mengikat tilam pembaringan orang lumpuh itu dengan empat utas
tali.

Sesudah itu mereka membuka atap. Lalu mereka mengulur tali itu dan
menurunkan orang lumpuh itu perlahan-lahan ke lantai dasar. Pasti susah.
Pasti harus berhati-hati dan seimbang. Bayangkan betapa susahnya menurunkan
orang sakit yang terbaring di tilam dengan tali dari atas atap rumah.

Apa jadinya kalau salah satu utas tali itu terlalu cepat turunnya, pasti tilam
itu miring dan orang itu jatuh.
Atau apa jadinya kalau salah satu utas tali itu tiba-tiba putus. Tetapi
ternyata mereka berhasil. Hebat sekali!!??
Bukan main cakapnya para sahabat orang lumpuh itu. Hebat !!

Tetapi sekarang baiklah kita lihat dulu apa yang tertulis di Markus 2: 1 -12
tentang kejadian ini. Markus mencatat bahwa pada saat itu Tuhan Yesus sedang
"memberitakan firman" (2:2), sebuah ungkapan yang sinonim dengan mengajar.
Kegiatan mengajar oleh Markus jelas-jelas dibedakan dari kegiatan menyembuhkan.
Dipasal sebelumnya yaitu di 1:34, dicatat bahwa Yesus sedang menyembuhkan. Lalu
di 1:38 Yesus menolak bertemu dengan orang-orang yang minta penyembuhan karena
Yesus mau mengajar. Kemudian di pasal 9 : 30-31 Yesus tidak mau diganggu ketika
Ia sedang mengajar.

Kembali ke cerita kita. Di sini jelas bahwa Yesus sedang mengajar. Ditengah
kegiatan mengajar itulah tiba-tiba terjadi gangguan yang mengejutkan. Secara
tiba-tiba ada tilam diturunkan dengan tali dari atas atap. Di tilam itu
terbaring seorang lumpuh. Langsung semua orang menoleh ke situ. Mereka tidak
lagi memperhatikan Yesus. Pengajaran Yesus terputus dan terganggu.

Lalu apa reaksi Tuhan Yesus ? Ternyata Ia bisa menerima gangguan itu. Ia
terkesima pada apa yang terjadi. Lalu Ia memberikan pujian tentang iman.

Iman siapakah yang dipuji ?
Markus mencatat. "Ketika Yesus melihat iman mereka ..." (2:5). Perhatikan
bentuk jamak kata mereka. Yesus memuji iman mereka.

Siapakah mereka dalam konteks ini ?
Itulah kawan-kawan orang lumpuh itu. Yesus menilai perbuatan mereka sebagai
perbuatan imani. Yesus menyamakan perbuatan itu sebagai iman.

Sungguh menarik bahwa perhatian Yesus tertuju pada kawan-kawan itu. Mereka
masih ada di atas atap. Mereka tidak bisa turun. Mereka menatap dan menunggu
di atas. Rupanya Yesus juga langsung melihat ke atas. Yesus bisa melihat
mereka. Mungkin Yesus memperhatikan wajah keempat orang itu. Mereka mungkin
tampak agak takut, sebab mereka tahu bahwa mereka mengganggu Yesus yang
sedang mengajar. Namun di wajah mereka juga tampak dambaan untuk belas kasih
agar kawan mereka yang lumpuh itu bisa disembuhkan. Yesus menatap wajah
mereka. Lalu Yesus melihat ke bawah dan menatap wajah orang lumpuh itu yang
tampak cemas harap-harap dalam ketidak berdayaannya.

Sungguh beruntung orang itu. Ia mempunyai kawan-kawan. Mereka itulah yang
menggotong dia. Mereka memberi semangat dan pengharapan. Hidup terasa
bermakna lagi. Tanpa kawan-kawan ini, orang lumpuh itu hanya terkulai
seorang diri di rumah. Sungguh baik hati sahabat-sahabat itu.

Itulah indahnya sikap bersahabat.
Bersikap sebagai sahabat adalah karunia tersendiri.
Seorang sahabat adalah dia yang menerima kita sebagaimana adanya. Ia menyelami
kelemahan kita dan rela menolong kelemahan itu; sekaligus ia mengagumi
keunggulan kita dan mau memetik pelajaran dari keunggulan itu. Hanya orang yang
berjiwa besar bisa bersikap bersahabat. Ia bersih dari iri dan dengki. Ia sama
sekali tidak punya pikiran untuk menjegal dan menjatuhkan kita. Ia beritikad
baik. Yang diinginkannya terjadi pada kita adalah hal yang terbaik untuk
kepentingan kita.

Kualitas bersahabat seperti itu tidak terdapat pada tiap teman.
Kita bisa mempunyai 100 teman, namun teman yang sejati bisa dihitung dengan
jari. Sampai puluhan tahun kemudian sahabat sejati seperti itu kita kenang
dengan rasa berterima kasih.

Saya mengenang beberapa sahabat dari masa kecil dengan cara mengambil alih
nama mereka. Pertama, ketika Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag
menawarkan kemungkinan berganti nama, saya mengubah nama Hong An menjadi
Andar, yaitu nama seorang sahabat masa lalu. Kedua, ketika putri kami lahir
kami namai dia Atikah, juga nama seorang sahabat. Demikian juga kami namai
putra kami Syarif untuk mengenang seorang sahabat.

Persahabatan memang indah. Hal itu pasti juga dirasakan oleh orang lumpuh
dalam cerita kita. Mungkin sampai puluhan tahun kemudian ia tetap mengenang
mereka yang terengah-engah menggotong dia ke atas atap.

Tangan-tangan itu. Tangan-tangan yang kuat. Tangan-tangan yang berbelas
kasih. Tangan-tangan para sahabat.

Persahabatan memang mengagumkan.
Alangkah bedanya sikap bersahabat dari sikap bermusuhan.
Hidup menjadi damai oleh sikap saling bersahabat.

Kini orang lumpuh itu sehat walafiat. Ia telah menggali mujizat penyembuhan.
Namun sebelum itu ia sudah mengalami sebuah mujizat yang lain, yaitu mujizat
... persahabatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar